Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Implementasi Pendidikan Khas Kejogjaan

 
Pendidikan Khas Kejogjaan

Implementasi Pendidikan Khas Kejogjaan

Pendidikan Karakter Khas Kejogjaan merupakan salah satu hal yang akan diterapkan di Yogyakarta bagi anak muda dan remaja dengan tujuan membumikan kembali nilai-nilai luhur budaya Yogyakarta. Hal  ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan generasi muda di Yogyakarta yang masih belum memahami adat istiadat, sejarah, serta budaya yang ada dan berkembang di Yogyakarta. Alasan tersebut dinilai sebagai salah satu penyebab maraknya generasi muda yang terlibat masalah, misalnya klitih. 

Pendidikan Karakter Khas Kejogjan akan diterapkan pada awal tahun 2024 pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Tujuan Pendidikan Khas Kejogjaan secara utuh adalah untuk mewujudkan manusia Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta yang utama atau jalma kang utama. Hal ini didefinisikan sebagai manusia yang patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, rasa keadilan, merdeka lahir dan batin serta selalu menumbuhkan keselarasan (harmoni) dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan generasi jalma kang utam yaitu generasi yang berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencintai alam, mencintai negara, mencintai dan menghormati orang tua (ibu dan bapak), mencintai bangsa dan budaya serta memiliki perasaan terpanggil untuk memajukan negara sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 

Filosofi Pendidikan Khas Kejogjaan diantaranya :
  1. Hamemayu Hayuning Bawana
  2. Sangkan Paraning Dumadi
  3. Manunggaling Kawula Gusti
Uraian singkat dari filosofi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Hamemayu Hayuning Bawana

Hamemayu Hayuning Bawana memiliki arti menjaga, memperindah serta menyelamatkan dunia. Ungkapan ini merupakan suatu perisai hidup yang umumnya dipatuhi oleh orang Jawa. Arti dari memayu hayuning bawana oleh Koentjaraningrat diartikan sebagai memperindah dunia. Manusia yang dapat menjalankan falsafah tersebut merupakan orang yang arif. Puncak dari implementasi falsafah tersebut adalah diraihnya suasana tata, titi, dan tenteram. 

2. Sangkan Paraning Dumadi

Sangkan Paraning Dumadi diartikan sebagai darimana asal usul kejadian manusia serta ke mana arah perjalanan manusia. Konsep ini mengarah kepada bahwa kehidupan manusia memiliki asal serta muara yang utama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini bermakna Tuhan merupakan sumber dari kehidupan dan seluruh ciptaan akan kembali kepada-Nya.

3. Manunggaling Kawula Gusti

Manunggaling Kawula Gusti merupakan ilmu tingkat tinggi bagi orang Jawa di mana orang tersebut memperoleh derajad kasampurnan. Maksud dari kasampurnan adalah kesempurnaan hidup, mati sajroning ngaurip. Hal ini dapat dicapai dengan menghindari amarah, sufiah, lawamah serta memupuk nafsu mutmainah. 


Implementasi dari Pendidikan Khas Kejogjaan sebagaimana yang tertuang dalam Buku Induk PKJ, Dindikpora DIY, 2023 : 94 yang memuat ranah cipta rasa, karsa dan karya. Ranah cipta rasa berupa ungkapan tradisional : mangasah mingising budi, mamasuh malaning bumi, hamemayu hayuning bawana, rukun, dan golong gilig. Ranah karsa berupa Muatan Lokal Bahasa Jawa sebagaimana dalam Pergub No 64 / 13, santun dan sopan (ngajeni). Ranah karya berupa material : Kraton, Surjan, Nyamping, Wayang, Omah, Tugu Golong Gilig. 

Salah satu hal yang sedang diprogramkan agar semakin membudaya adalah budaya Ngajeni, yang berarti menghormati orang lain atau dalam bahasa Jawa berarti ngurmati dahteng tiyang sanes. Tindakan Ngajeni tersebut terdiri atas :
  1. Ngapurangcang, posisi berdiri ketika berhadapan dengan orang yang dihormati
  2. Jempol, untuk menunjukkan atau mengarahkan tempat atau benda yang jauh maupun dekat. Jempol juga digunakan saat mengacungkan jari pada pembelajaran di dalam kelas
  3. Nuwun sewu utawa nderek langkung, kalimat yang disampaikan ketika berjalan atau berkendara mendahului atau melewati orang lain
  4. Nyuwun pangapunten, kalimat permohonan maaf
  5. Matur nuwun, ungkapan terima kasih
  6. Mangga, ungkapan mengajak atau menawarkan
  7. Injih
Langkah yang dapat dilakukan guna membangun budaya ini disekolah adalah dengan menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai model serta memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas serta berinovasi dalam bidang budaya. Penyediaan buku paket, sosialisasi hingga penerapan dalam kegiatan pembaljaran diharapkan dapat menjadikan budaya khas ini membudaya di kalangan generasi muda. 


Posting Komentar untuk "Implementasi Pendidikan Khas Kejogjaan"