Strategi Bimbingan dan Konseling
STRATEGI
BIMBINGAN DAN KONSELING
BAB 1
PENDAHULUAN
Merujuk pada permendikbud No 111 tahun 2014, bahwa layanan BK di sekolah yang terkait dengan pengembangan potensi dijelaskan secara eksplisit pada pasal 2 ayat h bahwa layanan BK harus memiliki fungsi pemahaman diri dna lingkungan serta memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan. Masyarakat selalu mengalami perubahan, dan ada beberapa hal yang mendorong terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat tersebut yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan proses globalisasi. [1]
Menghadapi dinamika
kehidupan tersebut, ada individu yang bisa menghadapinya dengan baik, dan ada
yang tidak berhasil atau gagal. Begitu juga halnya dengan peserta didik di
sekolah. Ada diantara mereka yang bisa menyesuaikan diri dengan mengambil
manfaat dari perubahana dinamika yang ada. namun tidak sedikit diantara meraka
yang gagal menghadapi dinamika tersebut. Sehingga tidak sedikit dari mereka
yang mengalami masalah dan berperilaku tidak sesuai dengan norma-norma serta
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, termasuk aturan-aturan yang berlaku
di sekolah. Dengan banyaknya permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah,
tentunya layanan konseling di sekolah harus mengalami evolusi yang
berkesinambungan secara baik (Efrord,2004).
Berangkat dari Permendikbud
Nomor 111 tahun 2014, Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa bimbingan dan
konseling merupakan upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta
terprogramm yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling (BK)
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya.[2]
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip bimbingan
harus dituangkan kedalam program-program sebagai pedoman pelaksaaan di sekolah.
Di dalam membuat
program-program tersebut diperlukan kerjasama antara konselor dan semua stakeholder
yang ada di sekolah. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program
bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah atau
madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut
konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual). Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen
pelayanan, yaitu pelayanan dasar bimbingan, pelayanan responsif, perencanaan
individual, dan dukungan sistem.
Perlu kita sadari bersama
bahwa klien yang dihadapi oleh seorang konselor memiliki karakteristik,
kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang berbeda-beda satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu, seorang konselor harus mengetahui dan memahami akan
strategi -strategi dalam menangani haterogenitas masalah yang
dimiliki oleh setiap klien sehingga ia mampu untuk memberikan bantuan kepada
klien seoptimal mungkin dengan metode yang baik dan benar. Berangkat dari hal tersebut,
makalah ini akan mengupas tentang strategi-strategi yang ada dalam bimbingan
dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Strategi Bimbingan dan Konseling
Strategi
berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang merupakan gabungan dari
kata stratos yang artinya militer dan ago yang artinya memimpin.
Sebagai kata kerja, strategos berarti merencanakan (to plan).
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah strategi memiliki pengertian: (1) Ilmu dan
seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam perang dan damai; (2) Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dengan kondisi yang menguntungkan; (3) Rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; (4) tempat yang
baik menurut siasat perang.
Pada
awalnya istilah strategi digunakan dalam lingkungan militer namun istilah
strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama
termasuk diadopsi dalam konteks bimbingan dan konseling yang dikenal dalam
istilah strategi bimbingan dan konseling. Dengan semakin luasnya penerapan
istilah strategi, Mintberg dan Waters (1983) mengemukakan bahwa strategi adalah
pola umum tentang keputusan atau tindakan. Sedangkan Hardy, Langley dan Rose
dalam Sudjana (1986) mengemukakan yang dimaksud dengan strategi adalah suatu
rencana atau kehendak yang mendahului atau mengendalikan kegiatan. [3]
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu
pola yang ditetapkan dan direncanakan secara sengaja untuk melakukan kegiatan
atau tindakan dalam proses pencapaian tujuan.[4] Strategi ini mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat
dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.
Bimbingan
merupakan pemberian pertolongan atau bantuan. Bimbingan asal katanya adalah to
guide kemudian menjadi guidance yang mana bimbingan disini diberikan
kepada orang atau sekelompok orang yang mengalami maladjusmen, yaitu
kegoncangan pribadi, konflik batin dan stress, menurut para ahli bimbingan
adalah arahan, tuntunan, pertolongan yang diberikan kepada individu atau
kelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan hidupnya sesuai
dengan perkembangan pribadinya agar menyesuaikan dirinya untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau
sekumpulan individu. Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara
individu maupun kelompok. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang
membutuhkan tanpa memandang umur sehingga anak-anak sampai dengan dewasa dapat
menjadi objek bimbingan. Pengertian lain
dari bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang agar dapat memahami
diri dan juga lingkungannya. Kesimpulannya bimbingan bisa berarti bantuan yang
diberikan pembimbing kepada
individu agar individu atau kelompok yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasihat dan gagasan
dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.[5]
Sedangkan
istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris counseling yang memiliki
beberapa arti, yaitu nasihat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran dan pembicaraan konseling merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah dengan
kemampuannya sendiri. Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya
serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Dalam konteks di sekolah konseling
adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada siswa (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau
hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga
konseli mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai
dengan potensinya dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.[6]
Strategi
yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan
bimbingan dan konseling yang terdiri dari:
1.
Strategi Layanan Dasar
2.
Strategi Layanan Responsif.
3.
Strategi Perencanaan Individu.
4.
Dukungan Sistem
B.
Stratergi Layanan
Bimbingan dan Konseling
1. Strategi Layanan Dasar
Layanan dasar merupakan seperangkat aktivitas yang dirancang secara
sistematis untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik mencakup perkembangan
akademis, karir, pribadi dan sosial. Strategi yang dilakukan konselor dalam
pelaksanaan bimbingan dan pelayanan dasar ini dikemukakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional (2008: 224-230) sebagai berikut:
1)
Bimbingan
kelas, adalah suatu strategi yang digunakan konselor untuk memberikan layanan
kepada peserta didik dengan jalan berinteraksi secara langsung di dalam kelas.
2)
Pelayanan
orientasi, yaitu salah satu kegiatan konselor dalam membantu peserta didik agar
dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang baru.
3)
Pelayanan informasi, berupa layanan yang
menitikberatkan pada pemberian informasi kepada peserta didik agar bisa
memahami dirinya dan lingkungannya.
4)
Bimbingan kelompok, merupakan bentuk layanan
bimbingan yang diberikan kepada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5
sampai 12 peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar
dapat merespon kebutuhan dan minatnya.
5)
Pelayanan
pengumpulan data, berupa layanan yang bermaksud untuk mengumpulkan berbagai
data/informasi mengenai peserta didik secara lengkap dan komprehensif.[7]
Macam-macam
strategi layanan dasar diantaranya:
a.
Bimbingan Klasikal
Bimbingan
klasikal merupakan layanan dasar yang diperuntukkan bagi semua siswa. Program
bimbingan yang akan diberikan kepada siswa telah dirancang oleh konselor untuk
melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas. Konselor memberikan layanan
bimbingan kepada para siswa secara terjadwal. Kegiatan layanan dilaksanakan
melalui layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang bermanfaat
bagi siswa. Layanan orientasi umumnya dilaksanakan pada awal tahun ajaran untuk
para siswa baru sehingga mengetahui pengetahuan yang utuh tentang sekolah.
Dalam kegiatan ini siswa dikenalkan berbagai hal yang terkait dengan sekolah
seperti kurikulum, personel sekolah, jadwal pelajaran, perpustakaan,
laboratorium, tata tertib sekolah, jurusan yang ada di sekolah untuk sekolah
menengah atas dan kejuruan, ekstrakurikuler dan fasilitas sekolah lainnya.
Layanan
informasi adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa mengenai aspek
kehidupan yang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi langsung maupun
tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik). Layanan informasi untuk
bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri yang terjadwal di
kelas.
b.
Bimbingan Kelompok
Bimbingan
kelompok merupakan layanan dasar yang diberikan oleh konselor kepada siswa
melalui kelompok. Tujuan dari bimbingan kelompok ini adalah untuk merespon
kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didsikusikan adalah topik yang umum
dan tidak mengandung unsur kerahasiaan, seperti cara belajar efektif dan
kiat-kiat menhadapi ujian. Layanan ini
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku yang lebih efektif
dan produktif.
Pembimbingan
kelompok diberikan kepada kelompok untuk beberapa siswa yang mengalami
permasalahan yang sama atau yang dapat memperoleh manfaat dari bimbingan
kelompok. Bimbingan ini dilaksanakan dalam kelompok yang terbagi dalam tiga
kelompok yaitu kelompok kecil (2-7 orang), kelompok sedang (7-12 orang) dan
kelompok besar (13-20 orang). Pendekatan bimbingan kelompok mencakup informasi
kelompok, penasehatan kelompok, pengajaran remidial kelompok, home room,
sosiodrama, karyawisata, kerja kelompok, diskusi dan kegiatan klub.[8]
c.
Berkolaborasi dengan
Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila
didukung oleh semua pihak, salah satunya adalah guru mata pelajaran atau wali
kelas. Konselor bekerja sama dengan guru dan wali kelas untuk memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran dan pribadinya),
membantu memecahkan masalah siswa, serta mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan
yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek tersebut di
antaranya:
1)
menciptakan
sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa;
2)
memahami
karakteristik siswa yang unik dan beragam;
3)
menandai siswa
yang diduga bermasalah;
4)
membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching;
5)
mengalihtangankan
siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing;
6)
memberikan
informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati
siswa;
7)
memahami
perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan
informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja
8)
menampilkan
pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual
9)
memberikan
informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara
efektif.
d.
Berkolaborasi
(Kerjasama) dengan Orang Tua
Selain
berkolaborasi dengan guru kelas, konselor juga perlu bekerja sama dengan orang
tua siswa dalam peluncuran program bimbingan. Kerja sama ini bertujuan agar
terjadi kesinambungan antara pembimbingan di sekolah dan oleh orang tua di
rumah. Kerja sama ini memberikan peluang terjadinya saling memberikan
informasi, pengertian dan tukar pikiran antara konselor dengan orang tua dalam
usaha menembangakan potensi siswa maupun memecahkan masalah yang dihadapi oleh
siswa.
Usaha yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan kerja sama dengan orang tua ini diantaranya :
1)
kepala sekolah
atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal
satu semester satu kali)
2)
sekolah memberikan
informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau
masalah siswa,
3)
orang tua diminta
untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut
kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
Ruang lingkup
yang termasuk ke dalam ranah layanan dasar sebagai berikut:
1)
Pengembangan
keimanan dan ketaqwaan
2)
Pengembangan
kemampuan individual (problem solving)
3)
Pengembangan
sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau keterampilan belajar yang efektif.
4)
Pengembangan
prilaku sosial yang bertanggung jawab.
5)
Pengembangan
upaya pencapaian peran sosial sebagai pria atau wanita.
6)
Pengembangan
sikap penerimaan diri secara objektif dan pengembangannya secara tepat.
7)
Pengembangan
sikap dan kemampuan untuk mencapai kemandirian ekonomi.
8)
Pengembangan
sikap dan kemampuan mempersiapkan karir di masa depan
9)
Pengembangan
upaya pencapaian hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria
atau wanita.
10)
Pengembangan
sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga[9]
Layanan dasar sebagai pemberian bantuan
melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok
yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan
kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas
perkembangan. Strategi layanan dasar yang diberikan adalah memberikan bimbingan
klasikal dengan materi “cara meningkatkan harga diri” dalam layanan ini,
menggunakan teknik brainstorming dan diskusi. Teknik diskusi dianggap lebih unggul
dibanding dengan metode ceramah yang membuat peserta merasa bosan.[10]
Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual,
sebagai bantuan untuk merumuskan dan melakukan aktivitas-aktivitas sistematik
yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang
kelebihan dan kekurangan dirinya, peluang dan kesempatan yang ada di
lingkungan. Stetategi layanan perencanaan individual dan peminatan berupa
layanan peminatan dalam format individu maupun kelompok untuk membantu siswa
merecanakan pendidikan lanjutan serta perencanaan karir. Sedangkan, layanan
responsif, sebagai proses bantuan untuk menghadapi masalah dan memerlukan
pertolongan dengan segera, supaya peserta didik tidak mengalami hambatan dalam
pencapaian tugas-tugas perkembangan. Strategi layanan responsif dapat berupa
konseling individu, konseling keleompok, dan lain sebagainya. Selanjutnya,
dukungan sistem diartikan sebagai proses bantuan atau fasilitasi atau dukungan
secara tidak langsung terhadap kelancaran, efektivitas dan efisisen pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.[11]
2.
Strategi Layanan Responsif
a. Konsultasi
Konselor
memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam
rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para
siswa. [12]
b. Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini
ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami
hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa
(klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan
alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.
Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling
kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui
kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan
masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau
pendapat untuk memecahkan masalah tersebut. [13]
c. Referral (rujukan atau alih tangan)
Apabila konselor merasa kurang
memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal
atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti
psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal
adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan
(kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
d. Bimbingan teman sebaya (Peer Guidance/ Peer
Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah
bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi
pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa
yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa
lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun
non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu
konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau
masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.
3.
Strategi
Perencanaan Individual
Perencanaan
individual diartikan sebagai proses bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya.[14] Dalam komponen ini peserta didik
mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan personal mereka.
Konselor sekolah membantu peserta didik membuat pilihan dari sekolah ke
sekolah, sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir
setelah mereka lulus dari suatu sekolah.[15]
Menurut Yusuf, layanan perencanaan individual dapat
diartikan sebagai layanan bantuan kepada individu agar mampu membuat dan
melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan
kelemahan dirinya. Perencanaan inidividual ini meliputi rencana pendidikan,
karir, dan sosial pribadi sehingga rencana tersebut diharapkan dapat
diimplementasikan oleh individu bersangkutan sesuai dengan kemampuan.[16]
Strategi pelayanan perencanaan individual
diantaranya:
a. Pelayanan Individual atau Kelompok
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah
konselor bersama siswa menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan,
dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian
tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan
karier.
b. Individual or smart group advisement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa
untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau
informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk
1) merumuskan tujuan, dan merencanakan
kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau
kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya;
2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan
3) mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukannya
Sedangkan menurut Gysbers strategi dalam
layanan perencanaan individual, meliputi:
a. Individual appraisal
Individu diminta oleh konselor untuk
menginterpretasi tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada
dalam dirinya sendiri.
b. Individual advisement
Konselor meminta individu yang bersangkutan
untuk mempertimbangkan tentang pendidikan, karir, sosial dan pribadi. Dan,
kemudian bagaimana individu tersebut untuk merealisasikan.
c. Transition planning
Konselor bekerjasama dengan pihak guru yang
lain membantu individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan sekolah,
bekerja, atau mengikuti training/kursus.
d. Follow up
Konselor bekerjasama dengan pihak guru yang
lain menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian dievaluasi.[17]
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu peserta didik agar:
a. Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya.
b. Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau
pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir.
c. Dapat melakukan kegiatan berdasarkan
pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.[18]
Dari penjelasan diatas, pelayanan individual peserta
didik diharapkan dapat:
1. Mempersiapkan diri untuk mengikuti
pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan
sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi
tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya
dalam rangka pencapaian tujuannya.
3. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4. Mengambil keputusan yang merefleksikan
perencanaan dirinya.[19]
4.
Dukungan Sistem
Ketiga layanan
komponen di atas, merupakan pemeberian layanan konseling secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan managemen
secara tidak langsung memberikan bantuan atau memfalitasi kelancaran
perkembangan objek konseling. Menurut Nurihsan dukungan sistem adalah
kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan. Komponen dukungan sistem membantu staf atau
personel bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dasar bimbingan,
responsif, dan perencanaan individual.[20]
Sedangkan
berdasarkan Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling
bahwa dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata
kerja, dan infrastruktur (misalnya teknologi dan komunikasi), dan pengembangan
professional guru pembimbing dan konseling secara berkelanjutan, yang secara
tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
siswa dan mendukung efektivitas dan evisiensi pelaksanaan bimbingan dan
konseling.[21]
Dukungan sistem
menjadi kekuatan bagi konselor dalam rangka memperlancar dan meningkatkan
ekspektasi terhadap layanan konseling. Selanjutnya dukungan konseling juga
sebagai dukungan untuk memperlancar terlaksananya ketiga layanan komponen yang
diprogramkan.[22]
Menurut Depdiknas sebagaimana
dijelaskan oleh Ribut Purwaningrum dalam artikelnya, bahwa dukungan sistem
bertujuan memeberikan dukungan kepada
konselor dalam memperlancar peneyelenggraan pelayanan, sedangkan bagi
bagi personel pendidik lainnya untuk memperlancar penyelenggraan program
Pendidikan di sekolah atau madrasah. Dukungan sistem ini meliputi pengembangan
jejaring (networking), kegiatan manajemen, riset, dan pembangunan.[23]
Dukungan sistem
penyelenggaraan bimbingan dan konseling meliputi dua aspek, yang terdiri dari:
a.
Pemberian
layanan konsultasi atau kolaborasi
Pemberian
layanan ini menyangkut kegiatan guru pembimbing yang meliputi: 1) Kolaborasi
dengan guru-guru 2). Menyelenggarakan program kerja sama dengan orang tua siswa
atau masyarakat, 3). Berpartisispasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan
sekolah, 4). Bekerjasama dengan personil sekolah lainnnya dalam rangka
menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan siswa, 5). Melakukan
penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan
konseling.
b.
Kegiatan
manajemen
Kegiatan
manajemen ini merupakan upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan
mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan antara lain: 1).
Pengembangan program, 2) Pengembangan staf, 3) pemanfaatan sumber daya, dan 4)
Pengembangan penataan kebijakan.[24]
Dengan demikian
dukungan sistem dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling meliputi dua
aspek kegiatan. Pertama, aspek pengembangan jejaring atau networking yang
dilakukan melalui kolaborasi dengan personel sekolah khususnya guru bidang
studi dan wali kelas, kolaborasi dengan orang tua siswa, dan kolaborasi dengan
ahli lain terkait dengan kegiatan bimbingan dan konseling. Kedua, aspek
manajemen yang dilakukan melalui pengembangan staf, penyediaan sarana prasarana
bimbingan dan konseling, dan penataan kebijakan.[25]
Sedang strategi
dukungan sistem dapat dilakukan juga dengan cara, yaitu:
a.
Pengembangan profesional
Konselor secara terus
menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam
organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar
dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih
tinggi (Pascasarjana).
b.
Pemberian konsultasi dan
berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.[26] Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian
pemaparan tentang strategi layanan bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan
bahwa strategi layanan ini meliputi konseling individu, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, mediasi, dan konsultasi. Jenis – jenis strategi bimbingan
dan konseling terbagi menjadi dua yaitu counselor centered dan client
centered. Strategi layanan bimbingan dan konseling komprehensif terbagi
menjadi: strategi untuk layanan dasar bimbingan, strategi layanan responsive,
strategi pelayanan perencanaan individual, strategi untuk dukungan sistem.
Adapun tujuan
strategi bimbingan dan konseling ialah agar siswa dapat mencapai perkembangan
diri sebagai manusia yang beriman dan bertakwa, mampu mempersiapkan diri,
menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis
yang terjadi pada diri sendiri, gar klien mampu untuk membangun pola hubungan
yang baik dengan teman dalam peranannya sebagai pria atau wanita, agar klien
mampu untuk memahami kemampuan, bakat, minat serta arah kecendrungan karir dan
apresiasi seni, agar klien mampu memantapkan nilai dan cara bertingkah laku
yang dapat diterima dalam kehidupan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ardimen.2017. Bimbingan dan Konseling
Komprehensif Berbasis Karakter Cerdas dan Aplikasinya Melalui Bimbingan Teman
Sebaya di Era Globalisasi.
Edukasia; Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol.
XII, No. 2, Agustus.
Dewa Ketut Sukardi.
2000. Pengantar Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Heru Hermawan. 2019. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk
Meningkatkan Harga Diri Siswa: Sebuah Studi Pustaka. Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia Volume 4 Nomor 2 Bulan September 2019.
Hikmawati Fenti. 2016. Bimbingan dan Konseling Edisi
Revisi. Jakarta : Rajawali Pers.
Jundika Nurihsan, Ahmad. 2012.Strategi
Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Reflika
Aditama,
Jundika
Nurihsan, Ahmad. 2009. Bimbingan dan Konseling
dalam Berbagai Latar Kehidupan.Bandung:
PT. Refika Aditama.
Juntika.A dan Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: Grasindo, 2005.
Nindiya Eka Safitri. 2018. Strategi
Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Nilai Karakter Religius.
Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 2 Nomor 1 Februari 2018
Partowisastro, Koestoer. 1985Bimbingan dan
Konseling di Sekolah-sekolah, Jilid I.
Jakarta:Erlangga.
Purwaningrum,Ribut.2018. Bimbingan dan Konseling
Komprehensif Sebagai Pelayanan Prima Konselor. Jurnal Ilmiah Konseling,
BK FKIP UTP, Vol. XVIII, No. 1, Januari.
Ridwan. 2008.
Penanganan Efektif Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Salahudin, Anas. 2008. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Putaka Setia.
Sukamdani,Aditya.2017. Implementasi Layanan
Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Peduli Sosial dan Percaya Diri
Siswa di MIM PK Kartasura, Skripsi Jurusan PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Sutirna. 2019. Buku Bimbingan
Konseling Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal. Karawang : Universitas
Singaperbangsa.
Syafaruddin,dkk.
2017. Bimbingan dan Konseling Perspektif Al Qur’an dan Sains. Medan:
Perdana Publishing.
Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Konseling
di Sekolah.
Yogyakarta: Andi Offiset.
Yusuf, Syamsu dan Achmad
Jundika, Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Yusuf, Syamsu. 2006. Program Bimbingan
Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA).
Bandung; Pustaka Bani Quraisy.
[1] Syafaruddin,dkk. 2017. Bimbingan
dan Konseling Perspektif Al Qur’an dan Sains. Medan: Perdana Publishing.
h.3
[2] Ibid, h.5
[3]Ahmad Jundika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung: Reflika Aditama, 2012), Cet Ke-5, hal.9.
[4]Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), hal 187.
[5]Ibid, hal 15.
[6]Ibid, hal 21.
[7]Sutirna. 2019. Buku Bimbingan Konseling (Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal). Karawang : Universitas Singaperbangs
[8] Hikmawati Fenti. 2016.
Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers. H 76-77
[9] Sutirna. 2019. Buku
Bimbingan Konseling (Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal). Karawang :
Universitas Singaperbangsa
[10] Heru
Hermawan. 2019. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan
Harga Diri Siswa : Sebuah Studi Pustaka. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia Volume 4 Nomor 2
Bulan September 2019.
[11] Nindiya Eka
Safitri. 2018. Strategi
Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Nilai Karakter Religius.
Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 2 Nomor 1 Februari 2018
[12] Juntika.A dan Sudianto, Manajemen
Bimbingan dan Konseling di SMP, (Jakarta: Grasindo, 2005), hal 120
[13] Ahmad Jundika Nurihsan, Strategi
Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Reflika Aditama, 2012), Cet Ke-5, hal. 9.
[14] Dewa Ketut
Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), h.20.
[15] Koestoer
Partowisastro, Bimbingan dan Konseling di Sekolah-sekolah, Jilid I,
(Jakarta:Erlangga, 1985), h.1212
[16] Bimo Walgito, Bimbingan
dan Konseling di Sekolah,(Yogyakarta: Andi Offiset, 1995), h.5.
[17] Sutirna, Bimbingan
dan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal, (Bandung: Andi Offset,
2012), h.21-24.
[18] Anas
Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Putaka Setia, 2008), h.39.
9
[19] Ibid,
h.38.
[20] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 47.
[21] Aditya Sukamdani, Implementasi Layanan Bimbingan Konseling Dalam Membentuk Karakter Peduli Sosial dan Percaya Diri Siswa di MIM PK Kartasura, (Skripsi Jurusan PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2017), hlm. 8.
[22] Ardimen, Bimbingan dan Konseling Komprehensif Berbasis Karakter Cerdas dan Aplikasinya Melalui Bimbingan Teman Sebaya di Era Globalisasi, (Edukasia; Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. XII, No. 2, Agustus 2017), hlm. 497.
[23] Ribut Purwaningrum, Bimbingan dan Konseling Komprehensif Sebagai Pelayanan Prima Konselor, (Jurnal Ilmiah Konseling, BK FKIP UTP, Vol. XVIII, No. 1, Januari 2018), hlm. 20.
[24] Syamsu Yusuf, Program Bimbingan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA), (Bandung; Pustaka Bani Quraisy, 2006), hlm. 74.
[25] Ibid.
[26] Syamsu Yusuf dan Achmad Jundika, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet ke-1, hal 34.
Posting Komentar untuk "Strategi Bimbingan dan Konseling"
Berkomentar dengan baik. Mohon tidak spam.