Pubertas, Jatuh Cinta Siswa SD Kelas Tinggi Dan Peran Kurikulum IPA-PAI dalam Penangannya
Siswa
kelas atas sekolah dasar adalah siswa yang berusia 10-12 tahun. Pada usia
tersebut, anak mengalami perubahan tubuh secara biologis yang dikenal dengan
istilah pubertas. Pubertas atau lebih dikenal dengan masa remaja merupakan masa perkembangan ketika anak-anak
berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual di mana pada masa ini
terjadi pematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi yang
kemudian disertai dengan perubahan dalam pertumbuhan sel tubuh atau sel somatis
dan perspektif psikologis.[i].
Usia pubertas pada anak perempuan dan laki-laki dan perempuan berbeda. Pada
perempuan usia pubertas berlangsung pada usia 11-15 tahun, sedangkan apada
laki-laki terjadi pada usia 12-16 tahun.
Perubahan
fisik atau somatis pada laki-laki dan perempuan terjadi pada anak yang
mengalami masa pubertas ini. Perubahan tersebut berupa perubahan primer dan
perubahan sekunder. Perubahan primer pada laki-laki adalah dengan diproduksinya
sel sperma oleh testis yang ditandai dengan mimpi basah, sedangkan perubahan
primer pada perempuan ditandai dengan diproduksinya sel telur atau ovum oleh
ovarium. Perubahan sekunder pada laki-laki ditandai dengan mulai tampaknya
perubahan fisik yang berupa tumbuh jakun, suara menjadi berat, dada terlihat
bidang, dan tumbuhnya rambut halus di sekitar kemaluan dan atas mulut. Perempuan
juga mengalami perubahan sekunder diantaranya tumbuhnya payudara, membesarnya
pinggul, kulit menjadi halus, suara menjadi nyaring dan tumbuhnya rambut halus
di sekitar kemaluan. Perubahan fisik ini dipengaruhi oleh aktifnya hormon gonadotropin
pada remaja.
Tidak hanya perubahan fisik atau somatis yang
dialami oleh remaja yang mengalami pubertas. Perubahan perspektif psikologis
juga mulai terjadi. Misalnya, anak yang sudah mengalami masa pubertas akan siap
untuk belajar mencintai teman dari jenis yang lain. Hal ini adalah bagian dari
perkembangan sosial.[ii]
Cinta dapat dirasakan oleh berbagai kalangan, tidak terkecuali remaja yang
sedang dalam masa transisi antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Proses
transisi tersebut membawa banyak perubahan pada remaja, mulai dari fisiologis. Cinta
pada remaja juga bertransisi, dari yang mulanya cinta kepada keluarga menjadi
cinta kepada lawan jenis. Dapat dikatakan masa remaja adalah kali pertama
seseorang merasakan cinta dan ketertarikan dalam hubungan lawan jenis. Oleh
karena itu, topik cinta pada remaja semakin menarik untuk dibahas.[iii]
Meskipun menarik untuk dibahas,
namun diperlukan sekali suatu pemahaman mengenai pubertas dan jatuh cinta pada
siswa SD agar dapat memberikan gambaran bagaimana harus membelajarkan materi
ajar, pendampingan dalam belajar di sekolah maupun di rumah serta bagaiamana
mengarahkan perasaan jatuh cinta siswa tersebut pada jalan yang sesuai dengan
ajaran agama. Pemahaman tentang masa pubertas ini harus dilakukan oleh siswa
sendiri, guru sebagai pendidik di sekolah dan orang tua sebagai penanggung
jawab pendidikan di rumah.
Manusia, sebagai makhluk hidup
pastilah mengalami pertumbuhan dan perkembangan di mana pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan terdapat perubahan dalam diri manusia tersebut baik secara fisik
maupun psikologis. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dimulai dari
bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Sebagai makhluk Allah, status manusia
tersebut diungkapkan dalam QS Ar Rum : 20
“Dan diantara tanda-tanda
(kebesaran)-Nya, ia menciptakan kamu dari tanah, kemudian (menjadi) manusia
yang berkembang biak.
Dalam
QS Al Hijr : 26, Allah menyebutkan bahwa
“Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Fakta tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan manusia bersifat kompleks. Keduanya berlangsung
dalam rangkaian yang sangat panajng menuju tingkatnya masing-masing di mana
pertumbuhan mencapai tingkat optimal dan perkembangan mencapai tingkat
kedewasaan.
Pubertas
sebagai Transisi Perkembangan
Perubahan fisik yang
penting adalah mengarah pada kematangan seksual atau kesuburan bereproduksi.
Proses pubertas ini diawali dengan sekresi hormon Gonadotropin dari hipotalamus
otak yang mengakibatkan munculnya hormon luteinizing
(LH) dan hormon follicle stimulating (FSH)
di mana pada laki-laki mengakibatkan pemisahan hormon testosteron dan
androstenedion, sedangkan pada perempuan peningkatan FSH menyebabkan terjadinya
menstruasi.[i] Tahapan
pubertas ada tiga macam, yaitu tahap prapuber, tahap puber dan tahap
pascapuber. Tahap prapuber terjadi pada satu atau dua tahun terakhir masa
anak-anak, di mana dalam usia ini seseorang bukan lagi seorang anak tetapi juga
belum dapat dikatakan sebagai remaja. Ciri utama tahapan ini adalah ciri-ciri
seks sekunder mulai tampak tetapi organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.
Tahap puber terjadi di
mana terjadi saat kriteria kematangan seksual muncul yang ditandai dengan
menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Pada tahapan ini
pula, ciri seks sekunder telah berkembang dan sel-sel (sel sperma dan sel
telur) diproduksi dalam organ-organ seks, dalam hal ini testis pada laki-laki
dan ovarium pada perempuan. Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan tahun
pertama atau kedua masa remaja di mana tahap ini ciri-ciri seks sekunder telah
berkembang baik dan organ-organ seks mulai brfungsi secara matang.
Akibat perubahan pada
masa pubertas ada dua macam yaitu akibat terhadap keadaan fisik dan akibat pada
sikap dan perilaku. Akibat terhadap keadaan fisik diantaranya menyebabkan
perubahan-perubahan tubuh yang disertai kelelahan, kelesuan dan gejala-gejala
buruk lainnya seperti gangguan pencernaan dan nafsu makan yang kurang baik.
Anemia juga sering terjadi pada masa ini yang diakibatkan oleh kebiasaan makan
yang tidak menentu yang pada gilirannya menambah kelesuan dan kelelahan.
Selaama awal periode haid, perempuan sering mengalami sakit kepala, sakit
punggung, kejang, sakit perut, muntah-muntah, gangguan kulit dan pembengkakan
tungkai serta pergelangan kaki. Hal ini menimbulkan perasaan lelah, tertekan
dan mudah marah. Ketika haid mulai teratur, gangguan fisik dan psikologis yang
ada pada mulanya cenderung menghilang.
Akibat pada sikap dan
perilaku di masa pubertas umumnya lebih banyak dialami oleh perempuan daripada
laki-laki. Hal ini sebagian disebabkan oleh perempuan umumnya lebih cepat
matang daripada laki-laki dan sebagian karena banyaknya hambatan-hambatan
sosial mulai ditekankan pada perempuan justru pada saat anak permpuan mencoba
membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Karena mencapai masa pubertas lebih
dulu daripada laki-laki, perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku
yang mengganggu dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun, perilaku anak
perempuan lebih cepat stabil dibandingkan laki-laki.
Akibat perubahan masa
puber pada sikap dan perilaku yang terjadi diantaranya ingin menyendiri, bosan,
inkoordinasi, antagonisme soosial, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan
diri dan terlalu sederhana.[ii]
(1) Ingin menyendiri, saat mengalami masa puber, anak-anak cenderung menarik
diri dari teman-teman dan dari beragai kegiatan keluarga dan sering bertengkar
dengan teman-teman dan anggota keluarga, melakukan eksperimen seks seperti
masturbasi dan ketidakinginan berkomunikasi dengan orang lain. (2) Bosan,
anak-anak yang memasuki masa pubertas mengalami kebosanan dengan permainan yang
sebelumnya mereka sukai, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan
kehidupan pada umumnya. Jika kodisi ini dibiarkan, anak akan mengalami
penurunan prestasi karena mengalami kemalasan. (3) Inkoordinasi, pertumbuhan
pesat yang tidak seimbang memepengaruhi pola koordinasi gerakan di mana anak akan
merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Namun setelah pertumbuhan
melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
Akibat selajutnya adalh
(4) antagonisme sosial. Anak yang memasuki masa puber seringkali tidak mau
bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan dungkapkan dalam
kritik dan komentar-komentar yang merendahkan. Namun seiring dengan
perkembangan usianya, anak akan menjadi lebih ramah, sabar dan dapat bekerja
sama dengan orang lain. (5) Emosi yang meninggi ditandai kemurungan, merajuk
dan ledakan amarah serta kecenderungan untuk menangis merupakan ciri bagian
awal masa puber. Perasaan kawatir, gelisah, sedih, cepat marah serta suasana
hati yang negatif sering terjadi pada masa prahaid dan awal haid. Seiring
dengan matangnya fisik anak, ketegangan emosi akan berkurang dan anak dapat
mengendalikan emosinya dengan baik. (6) Hilangnya kepercayaan diri dan takut
akan kegagalan juga terjadi pada masa puber. Hal ini disebabkan adanya
penurunan daya tahan fisik dan berbagai kritik yang ditemui dalam kehidupan.
Apabila hal ini tidak ditangani dengan baik, maka remaja akan menjadi rendah
diri. (7) Terlalu sederhana, umumnya dilakukan dalam hal berpenampilan.
Kesederhanaan ini mereka tampilkan untuk menghindari perhatian orang lain yang
berlebihan yamg dapat menimbulkan komentar buruk.
Jatuh
Cinta sebagai Fenomena pada Masa Puber
Cinta
adalah emosi yang alami dan ada di mana-mana yang datang dalam berbagai bentuk
dan tingkat intensitas. Kita mencintai pasangan kita dengan satu cara, orang
tua kita dengan cara lain dan anak-anak kita dengan cara yang sangat berbeda.
Semua tipe ini berasal dari karunia Allah, dan
perasaan cinta itu sepenuhnya dapat diterima dan didorong, bahkan jika
halangan cinta kita kebetulan adalah orang-orang kafir. Satu-satunya batasan adalah bahwa cinta kita
untuk manusia lain (atau hal, dalam hal ini) tidak boleh melebihi cinta kita
untuk Allah). Tidak ada yang lebih berkah dalam mencintai seseorang melebihi
cinta kita kepada Allah. Jika kita tidak mencintai Allah tentunya kita tidak
akan mendapatkan ridho dari Allah.[iii]
Secara etimologi, dalam kamus populer
bahasa Indonesia makna cinta sama dengan kasih sayang dan rasa kasih. Menurut
Ibnu Hazm (dalam Buya) dijelaskan bahwa secara terminology, cinta adalah
ungkapan perasaan jiwa, ekspresi hati dan gejolak naluri yang menggelayuti hati
seseorang terhadap yang dicintainya. Menurut Abdul (dalam Siti) dijelaskan
bahwa cinta merupakan reaksi dan ekspresi emosi yang kompleks, sekomplek
kehidupan manusia itu sendiri‖.Ketika seseorang jatuh cinta, maka dia akan
dapat merasakan perasaan bahagia, kagum, rasa memiliki dan selalu ingin berbagi
dengan orang yang dicintai dan perasaan lainnya. Demikian juga ketika seseorang
patah hati atau dikecewakan oleh orang yang dicintai, maka perasaan cinta tadi
akan dapat berubah menjadi perasaan marah, benci, muak, kecewa, dan lainnya.[iv]
Jefri
Al Bukhori mengemukakan bahwa :
Bagi
remaja, masa depan harus menjadi orientasi utamanya. Apapun yang dilakukan
harus dipikirkan secara matang apakah akan merugikan masa depan ataukah menguntungkan.
Karena itu, agar remaja tidak menyesal di masa yang akan datang, baik dalam
kehidupan dunia maupun akhirat, remaja harus memiliki prinsip mendahulukan yang
lebih diperlukan dari pada yang perlu. Perasaan cinta kepada lawan jenis pada
remaja adalah hal yang wajar sebagai manusia normal, tetapi menggapai masa
depan yang gemilang adalah lebih diperlukan.
Kutipan di atas dapat dipahami bahwa emosi cinta
kepada lawan jenis yang dirasakan oleh remaja dapat menjadi emosi yang positif
apabila juga di arahkan kepada hal yang positif pula. Emosi cinta remaja dapat
dikesampingkan dengan menjadikan masa depan merupakan orientasi utama yang
harus digapai oleh remaja. Misalnya seorang remaja yang jatuh cinta kepada
teman laki-lakinya, maka dia dapat mengarahkan perasaan cintanya dengan meraih
prestasi di sekolah, aktif dalam kegiatan intra maupun ekstrakurikuler, rajin
belajar, rajin membantu orang tua di rumah, dan hal positif lainnya yang
membuat remaja tersebut menjadi pribadi yang baik di mata lawan jenis yang
disukainya. Perasaan cinta pada remaja dapat berubah menjadi perasaan kecewa
jika orang yang dicintai dan diharapkan telah mengecewakan hatinya. Emosi yang tadinya baik-
baik saja dan perasaan yang sedang berbunga-bunga dapat berubah seketika. Ia
tidak dihargai, tidak diinginkan lagi, dan dapat berjuang kepada hal-hal yang
tidak diinginkan seperti sering melamun, mengkonsumsi obat-obatan terlarang,
malas belajar, menutup diri, stress sehingga terhambatnya pendidikan, lalu
akibat fatalnya adalah bunuh diri yang menyebabkan kehidupan remaja menjadi
sia-sia.[v]
Penanganan
Problematika Pubertas dan Peran Kurikulum Pendidikan
Sebgaimana dikemukakan
pada sub bagian sebelumnya bahwa siswa SD kelas tinggi merupakan siswa yang
berada pada masa rentang usia pubertas awal. Berkenaan dengan tersebut
perubahan-perubahan somatis fisik dan pandangan psikologis memunculkan berbagai
problematika, terlebih bagi siswa SD. Salah satu permasalahan yang sangat
krusial daiantanranya adalah fenomena jatuh cinta di kalangan siswa SD kelas
tinggi (kelas 4-6). Mengingat problematika ini dialami oleh siswa, tentulah
orang tua dan guru memiliki peran utama dalam penanganan permasalahan tersebut
sehingga siswa tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diperkenankan dalam
agama maupun norma masyarakat. Dalam penanganan problematika pubertas di
sekolah seorang guru tentunya memiliki senjata utama dalam memebelajarkan
siswa, yaitu dengan penggunaan kurikulum yang sudah ditetapkan.
Materi
ajar mengenai pubertas dalam kurikulum pada umumnya memang disampaikan pada
jenjang kelas tertinggi, dalam hal ini kelas VI untuk tingkatan SD. Materi
pembelajaran mengenai pubertas ini terdapat dalam pelajaran IPA dan PAI kelas
VI. Alasan pemberian materi tersebut di kelas VI adalah karena pada umumnnya
siswa kelas VI sudah mengalami menstruasi ataupun mimpi basah sehingga perlu
diberikan pemahaman mengenai apa dan bagaiamana pubertas tersebut. Dalam
kurikulum IPA dan PAI kelas VI yang
berkaitan dengan pubertasa disebutkan sebagai berikut :
No.
|
Mata pelajaran
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1
|
IPA
|
2. Memahami cara
perkembangbiakan makhluk hidup
|
2.1.
Mendeskripsikan perkembangan dan pertumbuhan manusia dari bayi sampai
lanjut usia
2.2. Mendeskripsikan
ciri-ciri perkembangan fisik anak laki-laki dan perempuan
2.4. Mengidentifikasi
cara perkembangbiakan manusia
|
2.
|
PAI
|
3.1
memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu, tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan, dan kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
|
3.6
memahami ketentuan bersuci dari hadas besar
|
4.
menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis
dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat dan dalam
tindakan yeng mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.[vi]
|
4.5
menyajikan tata cara bersuci dari hadas besar
|
Apabila diperhatikan,
kompetensi dasar pada kutikulum tersebut tidak secara eksplisit menunjukkan
keadaan pubertas siswa, namun dalam hal pengajarannya guru menjadi agen utama
dalam mendidik siswa pada masa remaja di sekolah. Perubahan fisik dan
psikologis menjadikan siswa kelas tinggi harus dibekali dengan pemahaman yang
benar mengenai apa itu mimpi basah, menstruasi, bagaimana penanganannya jika
hal tersebut terjadi serta apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan
pada organ reproduksinya. Jika guru tidak peka terhadap hal tersebut, yang terjadi
adalah guru hanya akan mengajarkan sesuai yang ada dalam kompetensi dasar saja
padahal kenyataan di lapangan menunjukkan pada sebagian masyarakat membahas hal
tersebut dalam keseharian adalah sesuatu yang tabu. Alih-alih mendapatkan
pemahaman dari orang tua dan guru, siswa
yang tidak didekati secara personal dapat mencari informasi mengenai hal
tersebut di dunia maya secara individu. Hal ini sangat berbahaya karena pokok
bahasan tersebut jika tidak hati-hati dalam mengakses dapat masuk dalam konten
pornografi maupun pornoaksi.
Tidak hanya memeberikan
pemahaman tentang konsep dan sikap menghadapi masa pubertas, penanaman fiqih
pubertaspun harus dilakukan mengingat pada masa ini siswa sudah memiliki
kewajiban untuk shalat lima waktu dan menutup aurat. Perintah-perintah Allah
mengenai kewajiban shalat, tata cara menutup aurat dan konsep muhri sebagaimana tertuang dalam QS Annur : 31 dan
QS Al Ahzab : 59 harus benar-benar didoktrinkan kepada siswa. Kolaborasi antara
guru kelas atau guru bidang studi IPA dan guru PAI sangat dibutuhkan di sini.
Guru juga harus memberikan perhatian ekstra terhadap siswanya mengenai
kewajiban menjalankan shalat dengan benar dan cara berpakaian siswa agar tidak
melanggar syariat mengingat masa ini adalah masa dimana siswa sedang mencari
jati diri yang apabila tidak diarahkan dengan baik dapat membawa siswa pada
jalan yang salah. Pemahaman mengenai pubertas tidak hanya menajadi tanggung
jawab guru, orang tua di rumah juga bertanggung jawab penuh dalam pendampingan
utama siswa di rumah dalam menhadapai permasalahan pubertas.
Salah satu permasalahan pubertas yang dialami siswa
SD kelas tinggi adalah mulai mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis atau
jatuh cinta. Cinta oleh siswa SD dimaknai sebagai hubungan antara dua insan
berbeda jenis atau awam dikenal dengan istilah pacaran. Sebagaimana remaja yang
masih menyenangi aktifitas bermain dan hiburan, pacaran pun diartikan sebagai
aktifitas untuk berduaan, bermesraan, dan menghabiskan waktu bersama. Penyebab
utama munculnya perilaku pacaran di kalangan remaja ada tiga,. Pertama, banyak
yang
mengartikan bahwa masa remaja adalah masa
yang diharuskan untuk berpacaran sehingga berpacaran dijadikan sebagai ajang
pembuktian identitas diri. Kedua, kompleksitas interaksi yang dibangun oleh
remaja dengan lingkungan memungkinkan untuk munculnya ketertarikan remaja dengan
lawan jenis. Ketiga, terkait dengan identitas diri seperti yang disebutkan pada
poin pertama, remaja akan mendapatkan label negatif serta perilaku pengasingan
dari lingkungan teman sebaya ketika ia tidak menampilkan perilaku yang sama
dengan lingkungan pertemanannya. Pacar adalah orang spesial dan berarti bagi
remaja, menggantikan teman yang sebelumnya. Bahkan ada istilah bahwa pacar
adalah sahabat tetapi sahabat belum tentu pacar. Posisi vital pacar pada
kehidupan remaja membuat sebagian besar remaja memiliki idealismenya sendiri untuk
memilih pasangan, berpatokan pada sejumlah karakteristik. Seperti intelegensi
(pintar), usia (kakak tingkat), sikap (menerima apa adanya, pengertian,
perhatian, tidak mengekang, jujur, setia), perilaku (romantis). Melebihi dari
semua kriteria tersebut, kriteria fisik dan penampilan adalah yang lebih
diutamakan. Kriteria fisik yang dimaksudkan adalah kadar kecantikan dan
ketampanan seseorang serta kriteria lain yang dilihat dari warna kulit, berat
badan, dan tinggi badan
Cinta membawa perubahan pada siswa SD , hal tersebut
dapat diamati dari perubahan fisik, emosi, dan perilaku. Gejala fisiologis yang
dirasakan siswa sebagai akibat dari munculnya cinta adalah jantung berdetak
lebih cepat serta keringat dingin, karena perasaan nervous ketika
bertemu dengan pasangan. Jatuh cinta juga membuat remaja semakin sensitif
secara emosional, awalnya senang kemudian berubah menjadi sedih, terkdang rindu
namun juga cemburu. Sementara perubahan dari segi perilaku, tidak lain dan
tidak bukan adalah meningkatnya intensitas perilaku berpacaran itu sendiri.
Perilaku ini ditampilkan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Apabila banyak
ditemui remaja yang semakin memperhatikan penampilan, hal itu juga merupakan salah
satu perubahan yang dapat diamati ketika seseorang jatuh cinta. Baik remaja
laki-laki maupun perempuan, akan semakin merawat diri dan mempersoalkan hal
kecil yang sebelumnya tidak dipermasalahkan terkait penampilan seperti kerapian
dan kecocokan baju yang sedang digunakan. Rasa tertarik dengan lawan jenis
sering kali diikuti oleh substansi lain yang membawa dampak dan pengaruh buruk
pada remaja, seperti peningkatan konsumsi tentang pornografi, munculnya perilaku
overprotective (pengekangan secara berlebih), perkelahian antar teman,
gangguan terhadap konsentrasi belajar, serta dampak psikologis berupa perasaan
malu dan menyesal, merujuk kepada perilaku kontak fisik yang dilakukan selama menjalani
hubungan pacaran.[vii]
Pacaran yang dilakukan oleh siswa SD belumlah
seperti yang dilakukan oleh siswa pada jennjang pendidikan di atasnya. Bentuk
pengekspresian jatuh cinta tersebut masih dalam batas percakapan sehari-hari
maupun percakapan dalam media sosial. Ekpresi yang tampak umumnya berupa
penyampaian rasa sayang, keinginan untuk didudukkan sebangku yang disampaikan
secara terbuka, perhatian, cemburu pada
teman yang menyukai atau dekat dengan teman yang sedang dicintainya serta penolakan
atas permintaan untuk menjadi pacar. Kegiatan pacaran dalam hal kontak fisik
belum banyak dilakukan. Di sinilah peran guru dan orang tua menjadi sangat
krusial. Pendampingan secara fisik mapun secara psikolosgis harus dilakukan.
Guru dan orang tua harus memposisikan diri tidak hanya sebagai pendidik namun
juga sebagai sahabat bagi anak-anak remajanya. Sebisa mungkin kedekatan dengan
siswa atau anak dibangun dengan baik. Caranya adalah dengan selalu memberikan
perhatian, menjadi tempat mencurahkan hati tiap permasalahan anak dan tidak
langsung memarahi ketika anak menceritakan permasalahan jatuh cintanya.
Guru dan orang tua harus benar-benar memposisikan
diri sebagai orang tua dan sahabat bagi siswa dan anak-anak remajanya. Guru dan
orang tua harus menjadi orang pertama yang memahamkan mengenai pubertas dan
menjadi tempat beerkeluh kesah anak untuk setiap permasalahan yang dihadapi
anak. Perlakuan yang lebih dewasa (tidak semerta-merta) memarahi anak ketika
anak menceritakan permasalahnnya juga sangat dianjurkan. Pemberian teladan cara
berpakaian yang sesuai syariat, pelaksanaan ibadah yang benar juga harus
dilakukan. Pengawasan terhadap penggunaan konten-konten di internet maupun
penggunaan media sosial perlu pengawasan ekstra. Apabila siswa sudah memiliki hand phone sendiri, orang tua harus
memastikan bahwa tidak ada kode-kode rahasia dari anak seperti pasword untuk
login yang tidak diketahui oleh orang tua. Pendampingan yang baik akan
menghasilkan remaja yang stabil dalam hal emosi yang pada gilirannya dapat
memberikan hasil terbaik dalam perkembangan kognitif, psikomotorik dan afektif
siswa.
SIMPULAN
Pubertas merupakan salah satu tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami oleh manusia yang terjadi pada kisaran usia 9-14
tahun. Ciri primer siswa yang mengalami pubertas adalah mengalami mimpi basah
pada laki-laki, dan menstruasi pada perempuan. di mana siswa SD kelas tinggi
termasuk dalam kategori ini. Perubahan fisik dan pandangan psikologis tampak
pada tahapanan ini yang menimbulkan berbagai problematika. Problematika yang
dialami siswa yang mengalami masa pubertas diantaranya ketidakpahaman mengenai
pubertas serta adanya perasaan ketertarikan terhadap lawan jenis atau jatuh
cinta. Timbulnya ketertarikan terhadap lawan jenis yang pada siswa SD
ditunjukkan dalam pergaulan dan obrolan dalam media sosial. Kurikulum mata
pelajaran IPA dan PAI SD Muhammadiyah memberikan panduan dalam hal pembahasan
pengajaran tentang pubertas dan hadas. Peran guru dan orang tua dalam
pendampingan pendidikan, pengenalan dan pemahaman aturan agama serta peran sebagai
sahabat merupakan cara efektif untuk menyelesaikan permasalahan pubertas siswa.
[i] Dianne
E.Papalia. 2014. Menyelami Perkembangan
Manusia Experience Human Development Jakarta: Penerbit Salemba Humanika (2014) : 5
[ii] Elizabeth B.
Hurlock. Psikologi Perkembangan Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga (2012) : 192
[iii] Dr Aisha Utz. __. Psycology From The Islamic Perspective. International Islamic Publishing House. 156
[iv] Sisrazeni.
(2016). Emosi Cinta Siswa : Studi Di SMPN
Se Tanah Datar. Proceeding International Seminar on Education
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, 393
[v] Sisrazeni.
(2016). Emosi Cinta Siswa : Studi Di SMPN
Se Tanah Datar. Proceeding International Seminar on Education
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, 393
[vi] Ahmad Tri Sofyan. 2019 Pendidikan Al Islam SD Muhammadiyah Kelas 6. Jakarta Pusat: Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Gedung Dakwah Muhammadiyah.: VIII
Tasman
Hamami, dkk. 2019. Kurikulum Pendidikan
Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab (ISMUBA) Tahun 2017 untuk SD
Muhammadiyah. Jakarta Pusat : Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Gedung Dakwah
Muhammadiyah
[vii] Imaningtyas,
I., Atmoko, A., & Triyono, T. (2017). Pengekspresian
Jatuh Cinta Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Media Tulisan: Kreativitas
atau Vandalisme?. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 2(4),
167-169
Virgianti Nurardila, Diyah Sri Yuhandini. (2017). Keterkaitan Tentang Pengetahuan Reproduksi
Remaja dengan Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa-Siswa kelas XI di SMA PGRI 1
Kabuparen Majalengka Tahun 2017.
Jurnal Care Vol .5, No.3,Tahun 2017
Jalaludin. 2018. Psikologi
Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
https://muslim.or.id/24452-cinta-dan-benci-dalam-islam.html,
diakses pada 30 November 2019
Posting Komentar untuk "Pubertas, Jatuh Cinta Siswa SD Kelas Tinggi Dan Peran Kurikulum IPA-PAI dalam Penangannya"
Berkomentar dengan baik. Mohon tidak spam.