Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1

 

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1

Modul 3 Pendidikan Guru Penggerak bertema Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah. Modul ini berisi tiga topik bahasan. Topik pertama ada pada modul 3.1 mempelajari Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Sebagaimana kegiatan sebelumnya, terdapat alur MERDEKA sebagai proses kegiatan belajarnya. 

Dalam kegiatan ini, saya melakukan wawancara kepada tiga kepala sekolah yaitu Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Karangwaru tempat saya bertugas, SD Negeri Trengguno Gunung Kidul dan SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. Video kegiatan wawancara saya dengan ketiga kepala sekolah tersebut adalah sebagai berikut. 

1. Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Karangwaru


2. Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Trengguno


3. Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Tegalrejo 1



Setelah melakukan wawancara, kegiatan selanjutnya adalah melakukan refleksi analisis dari hasil wawancara yang disesuaikan dengan lembar daftar tugas refleksi. Hasil refleksi saya adalah sebagai berikut.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1

Sri Lestariningsih

 

Kegiatan pada Demostrasi Kontekstual Modul 3.1 ini Calon Guru Penggerak melakukan wawancara kepada tiga pimpinan sekolah yaitu Ibu Yuliani Haryatun, S.Ag selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah Karangwaru di mana CGP bertugas, Ibu Nurul Hikmah, S.Pd.Si, S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah SDN Trengguno Gunungkidul dan Ibu  Wiwid Sawitri, M.Pd  Kepala Sekolah SDN Tegalrejo 1  Yogyakarta. Refleksi analisis hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut.

Hal yang menarik dari hasil wawancara yang telah dilakukan adalah mengenai dilema etika dan bujukan moral yang ternyata hal tersebut merupakan hal yang sering muncul di lingkungan sekolah. Kepala sekolah tersebut dapat mengidentifikasi antara dilema etika dan bujukan moral dengan baik. Semua kepala sekolah yang diwawancarai memiliki langkah-langkah yang hampir sama dalam menyelesaikan permasalahan dan mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah dilema etika yang muncul. Paradigma yang ditemui dalam kasus juga hampir sama mengenai individu lawan kelompok serta rasa keadilan lawan rasa kasihan seperti masalah mengenai keterlibatan karyawan peserta outbond di SD Muhammadiyah Karangwaru, jangka pendek lawan jangka panjang seperti masalah mengenai tugas dinas guru yang sedang mengajar di SDN Tegalrejo dan SD Trengguno.

Selain itu, dalam pengambilan keputusan, kepala-kepala sekolah tersebut juga menggunakan prinsip pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan dampak atau konsekuensi dari masalah yang dihadapi, di mana dampak yang diambil adalah dampak yang paling kecil. Prinsip berbasis hasil akhir, rasa peduli dan taat aturan dilakukan oleh semua kepala sekolah. Pengujian dalam pengambilan keputusan, tidak secara tersurat disampaikan, namun semuanya sepakat bahwa semua masalah tidak harus selalu diviralkan dalam media sosial. Dalam hal menyelesaikan masalah, semua kepala sekolah tidak menyelesaikannya sendiri. Pelibatan guru, koordinator bidang (wakil kepala sekolah) serta tenaga kependidikan sangat diperlukan untuk memberikan sudut pandang dari penyelesaian masalah yang dihadapi. Bahkan, apabila diperlukan, bantuan dari POT (semacam komite sekolah) dan pengawas juga dilibatkan.

Persamaan dan perbedaan yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut.

a.       Persamaan

1.      Semua kepala sekolah memahami cara mengidentifikasi suatu masalah dikatakan sebagai dilema etika dan bujukan moral di mana ketika masalah tersebut mengandung dua nilai kebajikan yang berbenturan, maka permasalahan itu merupakan dilema etika, sedangkan selebihnya adalah bujukan moral.

2.      Dalam pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat dan efektif, semua kepala sekolah melibatkan guru dan tenaga kependidikan untuk memperoleh sudut pandang yang berbeda, sehingga tidak hanya pemikiran kepala sekolah saja.

3.      Apabila permasalahan yang ada mengandung dilema etika, maka kepala sekolah akan mencari penyelesaian dengan konsekuensi paling kecil untuk keputusan terbaiknya sehingga kegiatan di sekolah dapat terus berjalan lancar.

4.      Langkah dalam pengambilan keputusan diawali dengan mengidentifikasi masalah tersebut mengandung dilema etika atau bujukan moral, selanjutnya kepala sekolah akan mendiskusikan dengan guru yang berkompeten, tenaga kependidikan dan koordinator bidang untuk memutuskannya

5.      Tantangan yang dihadapi adalah ketika keputusan yang diambil berlawanan dengan pendapat guru yang lain karena merupakan benturan dari nilai-nilai kebajikan sehingga kepala sekolah harus dapat memberikan pemahaman kepada semua guru.

6.      Semua kepala sekolah tidak memiliki tata kala untuk permasalahan dilema etika karena masalah-masalah yang muncul sering tidak terduga sehingga harus diselesaikan secepat mungkin, Namun untuk permasalahan yang terstruktur seperti program sekolah, kepala sekolah memiliki jadwal tertentu untuk membahasnya seperti rapat sekolah.

7.      Faktor yang membantu atau mempermudah kepala sekolah dalam mengambil keputusan adalah kolaborasi kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan.

8.      Pembelajaran yang dipetik oleh kepala sekolah adalah pentingnya kolaborasi antara semua stake holder sekolah dalam mengambil Keputusan (KS SDN Tegalrejo 1 dan SDN Trengguno)

 

b.      Perbedaan

Perbedaan yang muncul adalah dari kepala sekolah SD Muhammadiyah Karangwaru. Karena sekolah ini berbasis agama, maka semua langkah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah didasarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah serta menggunakan perasaan. Ketika permasalahan tersebut melibatkan beberapa pihak, proses utama yang dilakukan adalah tabayyun (meneliti) dan selalu menanamkan kepada semua bahwa semua masalah terjadi karena Qodarullah sehingga semua harus dapat menjalani dengan ikhlas. Selain itu, pembelajaran yang diperloleh kepala sekolah dalam memutuskan suatu masalah adalah hal tersebut memberikan kesempatan untuk belajar dan terus belajar.

Rencana ke depan dari para pimpinan dalam pengambilan Keputusan adalah terus berkolaborasi dengan guru, tenaga kependidikan dan orang tua atau pengawas dinas jika diperlukan. Permasalahan juga tidak harus selalu diviralkan sehingga sedapat mungkin diselesaikan intern di sekolah. Efektivitas keputusan yang diambil diukur dari terlaksananya kegiatan di sekolah dengan baik.

Setelah mempelajari materi mengenai pengambilan keputusan terkait paradigma, prinsip dan 9 langkah pengujiannya, saya sebagai pemimpin pembelajaran di kelas akan segera menerapkan hal tersebut di kelas. Hal ini akan sangat dapat dilaksanakan di kelas VI (saya merupakan guru kelas VI) karena sering muncul permasalahan-permasalahan yang mengandung dilema etika seperti siswa izin tidak mengikuti kegiatan malam taqorub karena bersamaan dengan acara keluarga, siswa izin tidak mengikuti tes pendalaman materi dinas karena bersamaan dengan tes masuk pondok, SMP kelas KKO, maupun ketika ada guru yang izin Les Sabtu untuk persiapan ASPD yang semakin dekat karena anaknya sakit atau bersamaan dengan kegiatan dinas luar sekolah.

 

Demikian tugas demonstrasi kontekstual Modul 3.1 yang saya susun.  Semoga dapat memberikan banyak ilmu kepada kita semua dan dapat lebih belajar dalam memutuskan permasalahan terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Salam dan Bahagia.

Posting Komentar untuk "Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1"