Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KONSTRUK TEORI DEFINISI GEJALA JIWA (MOTIVASI, EMOSI, DAN INTELEGENSI)



KONSTRUK TEORI DEFINISI GEJALA JIWA
(MOTIVASI, EMOSI, DAN INTELEGENSI) 

Banyak orang menganggap bahwa gejala jiwa merupakan gangguan kejiwaan. Anggapan tersebut sama sekali tidaklah benar. Gejala jiwa merupakan salah satu kajian dalam psikologi. Dalam keseharian banyak sekali ditemukan gejala jiwa. Sugiyanto dalam uny-staff.ac.id menyatakan bentuk-bentuk gejala jiwa diantaranya sensasi dan persepsi, memori, berpikir, inteligensi, emosi dan motivasi. Berikut ini akan dipaparkan konstruksi teori definisi gejala jiwa yang terbatas pada intelegensi,  emosi dan motivasi.


      A. Intelegensi
Berbagai macam pengertian atau definisi intelegensi, dalam bukunya W.S Winkel, 2014: 158-160) menguraikannya sebagai berikut.
Terman mengungkapkan bahwa intelegensi adalah kemampuan berfikir abstrak.
Thorndike menjelaskan intelegensi adalah kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan perangsang tertentu pula, misalnya orang mengatakan “meja”, bila melihat sebuah benda berkaki empat dan mempunyai permukaan yang datar. Maka, makin banyak hubungan (koneksi) semacam itu yang dimiliki seseorang, makin inteligenlah orang itu.
Spearman mengemukakan intelegensi merupakan hasil perpaduan antara sejumlah faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum (faktor g) berperanan dalam semua bentuk berprestasi, sedangkan faktor-faktor khusus (faktor S1, S2, S3 dan seterusnya) berperan dalam suatu bentuk berprestasi seperti berkemanpuan bahasa, berkemampuan matematis. Perpaduan itu adalah unik untuk setiap orang yang satu dengan yang lain.
Tokoh lainnya adalah Thurstone yang mennjelaskan inteligensi merupakan kombinasi beberapa kemampuan dasar (primary abilities). Kemampuan yang bersifat dasar itu disebut faktor-faktor utama” dan berjumlah tujuh, yaitu faktor bilangan, faktor ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan problem, kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, pengamatan ruang. Variasi dalam corak intelegensi pada orang-orang timbul karena variasi dalam perpaduan diantara semua faktor itu.
Guilford menerangkan intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus. Dibedakan antara dimensi intelegensi : operasi intelektual, materi bagi operasi intelektual, produk yang diperoleh dari hasil operasi tertentu terhadap meteri tertentu. Pada dimensi yang pertama terdapat lima faktor, pada dimensi yang kedua terdapat enam faktor, dan pada dimensi yang ketiga terdapat empat faktor. Maka, diperoleh jumlah faktor sebanyak 120, yaitu .
Wechsler menyebutkan  intelegensi adalah kemampuan bertidak dengan membaca sampai suatu tujuan, untuk berfikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif. Berdasarkan pengertian ini, disusun beberapa tes intelegensi yang sampai sekarang masih digunakan, misalnya Wechsler Intelligence Scale for Children, dan Wechsler Adult Intelligence Scale.
Binet menerangkan intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri. Berdasarkan pengertian ini, disusun tes intelegensi yang dikenal dengan nama “ Test Stanford Binet” dan sampai sekarang masih digunakan.
Gardner mengembangkan pandangan bahwa terdapat beberapa macam inteligensi yang dapat dibedakan dari satu dan yang lain. Dia mencatat bahwa kerusakan otak pada bagian tertentu mengakibatkan gangguan terhadap intelegensi yang satu, tetapi tidak terhadap inteligensi yang lain. Di samping itu, orang kerap mencolok dalam satu intelegensi, tetapi tidak menunjukkan kemampuan tinggi dalam intelegensi yang lain. Jumlah intelegensi yang disebutkan adalah tujuh, yaitu kemampuan dalam penggunaan bahasa, seperti disaksikan dalam penyair dan jurnalis, kemampuan berfikir logis dan matematis seperti terdapat pada seorang ahli riset ilmiah dan seorang ahli matematika, kemampuan dalam pengamatan ruang seperti ditemukan pada navigator dan seniman memahat, kemampuan dalam produksi dan ekspresi musikal seperti ditunjukkanoleh seorang komponis penggubah musik dan seorang pemain biola yang unggul, kemampuan dalam mengontrol gerakan jasmani dan memanipulasi obyek seperti terdapat pada penari profesional dan atlet yang menangani alat-alat, kemampuan dalam bergaul dengan orang lain seperti ditunjukkan dalam profesi yang menekankan lancarnya hubungan antar pribadi, dan kemampuan dalam mengenal diri sendiri dengan membedakan secara tegas antara pikiran dan perasaan, kelebihan dan kelemahan.
Sternberg mengemukakan pandangan yang dikenal dengan nama Teori Triarkhis mengenai intelegensi, artinya teori yang mengandung tiga bagian. Bagian pertama menyangkut proses mental yang menjadi komponen pokok dalam operasi mental terhadap representasi dari objek-objek dalam alam pikiran. Setiap proses mental mempunyai fungsi tertentu yang menjadi ciri khas bagi komponen tertentu. Komponen pertama adalah komponen pengatur dan pengontrol (metacomponent, metacognition) seperti mengidentifikasikan macam problem yang dihadapi dan merepresentasikan dalam ingatan kerja, memilih strategi atau siasat yang akan diterapkan, serta memonitor penerapan strategi itu. Komponen pertama ini sangat mirip dengan faktor umum (faktor g) dalam pandangan Spearman. Komponen kedua adalah komponen pelaksanaan (performance), yaitu melakukan apa yang telah diputuskan akan diperbuat. Komponen yang ketiga adalah komponen memperoleh informasi baru (knowledge acquisition), yaitu menambah pengetahuan deklaratif dan prosedural. Bagian kedua menyangkut kemampuan seseorang menghadapi tantangan baru secara efektif, dan mencapai taraf kemahiran dalam berfikir sehingga mudah berhasil  dalam mengatasi segala permasalahan yang muncul. Bagian ketiga dalam teori Sternberg menyoroti kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam lingkungan yang memungkinkan akan berhasil untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan itu dan untuk mengadakan perubahan terhadap lingkungan itu bila perlu. Kemampuan ini nampak, misalnya dalam ketepatan pilihan karier, dalam kemudahan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan dalam kelincahan pergaulan sosial.
Meskipun semua pandangan yang dikemukanan di atas sangat bervariasi, kebanyakan psikolog dewasa ini cenderung sependapat bahwa tiga komponen inti dalam intelegensi adalah kemampuan untuk menagani representasi mental dalam alam pikiran seperti konsep dan kaidah (berfikir abstrak), kemampuan untuk memecahkan / mengatasi berbagai problem, serta kemampuan untuk belajar.
Pengertian atau definisi intelegensi dalam Sugiyanto (10-13) diuraikan sebagai berikut.
Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri ( Tyler, 1956, Wechsler 1958, Sorenson, 1977), Tyler (1956) mengkaitkan inteligensi dengan pengetahuan penalaran, kemampuan berbuat secara efektif dalam menghadapi situasi baru dan kemampuan mendapatkan dan memanfaatkan informasi secara tepat.
Wechsler (1958) memberikan pengertian inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan bertujuan, berfikir secara rasional dan kemampuan menghadapi lingkungan secara efektif.
Sorenson (1977) menyatakan bahwa seorang yang inteligensinya tinggi akan cepat mengerti atau memahami situasi yang dihadapi serta memiliki kecepatan dalam berpikir. Ketiga teori tersebut menekankan inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami dan bertindak dengan tepat pada situasi yang dihadapi, dengan demikian inteligensi lebih terkait dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang dihadapi.
Freeman (1971) menyatakan inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Kedua teori tersebut menekankan inteligensi sebagai kemampuan belajar . Semakin tinggi inteligensi seseorang semakin mudah untuk dilatih dan belajar dari pengalaman.
Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir abstrak (Mehrens, 1973., Terman dalam Crider dkk, 1983 Stoddard, dalam Azwar, 1996., ). Mehrens (1973) menyatakan inteligensi sebagai kemampuan individu untuk berfikir abstrak. Berpikir abstrak ini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami simbol-simbol verbal, numerikal dan matematika.
Terman (dalam Crider dkk., 1983) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir abstrak.
Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya dan masyarakat (Gardner, 1993). Gardner menekankan bahwa peran yang dilakukan pada lingkungan masyarakat dan budaya tertentu akan memberikan pengaruh bagaimana seseorang memecahkan masalah dan menciptakan produk terentu. 8 bentuk inteligensi yang menggambarkan keanekaragaman bentuk inteligensi manusia, yaitu: 1) Inteligensi Linguistik,
2), Inteligensi Matematik-logika, 3). Inteligensi Spasial, 4). Inteligensi Kinestetik-Jasmani, 5). Inteligensi Musikal, 6). Inteligensi Interpersonal, 7). Inteligensi Intrapersonal, 8) inteligensi naturalistik.

Tabel 1. Rangkuman Definisi Intelegensi
No.
Intelegensi
Sumber
Aspek-Aspek
1.
Intelegensi adalah kemampuan berfikir abstrak
Terman
Kemampuan berpikir abstrak

2.
Intelegensi adalah kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan perangsang tertentu pula
Thorndike
Kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan perangsang tertentu
3.
Intelegensi merupakan hasil perpaduan antara sejumlah faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum berperanan dalam semua bentuk berprestasi. Faktor khusus berperan dalam suatu bentuk berprestasi
Spearman
·         Perpaduan sejumlah faktor umum dan khusus
·         Faktor umum / faktor g yang mendasari semua tingkah laku
·         Faktor khusus / faktor s yang mendasari tingkah laku tertentu
4.
Inteligensi merupakan kombinasi beberapa kemampuan dasar (primary abilities) / faktor utama
Thurstone
·         kombinasi beberapa kemampuan dasar (primary abilities)
·         adanya faktor utama
·         penalaran variabel
·         kelancaran kata
·         kelancaran angka
·         kelancaran ruang
·         memori asosiatif
·         kecepatan perseptual
·         induksi atau penalaran umum
5.
Intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus
Guilford
·         perpaduan dari banyak faktor khusus
·         dimensi operasi / proses  : kognisi, memori, berfikir divergen, berfikir konvergen dan evaluasi
·         dimensi isi / materi / konten : figural, semantik, simbolik, perilaku
·         dimensi hasil / produk : unit, kelas, hubungan, sistem, tranformasi, implikasi
6.
Intelegensi adalah kemampuan bertidak dengan membaca sampai suatu tujuan, untuk berfikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
Wechsler (1958)
·         kemampuan bertindak dengan membaca sampai tujuan
·         berfikir secara rasional
·         berhubungan dengan lingkungan secara efektif
7.
  Intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri
Binet
·         kemampuan untuk menetapkan suatu tujuan
·         kemampuan mempertahankan suatu tujuan
·         mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan
·         bersikap kritis terhadap diri sendiri
8.
Inteligensi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya dan masyarakat
Gardner (1993)
·         kemampuan untuk menyelesaikan masalah
·         menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya masyarakat
·         lingusitik
·         matematik - logis
·         ruang
·         kinestetik – badani
·         musikal
·         interpersonal
·         intrapersonal
·         lingkungan / naturalis
·         eksistensial

9.
Intelegensi adalah proses mental yang menjadi komponen pokok dalam operasi mental terhadap representasi dari objek-objek dalam alam pikiran, komponen pelaksanaan (performance), yaitu melakukan apa yang telah diputuskan akan diperbuat, komponen memperoleh informasi baru (knowledge acquisition), menambah pengetahuan deklaratif dan prosedural kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam lingkungan yang memungkinkan akan berhasil untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan itu dan untuk mengadakan perubahan terhadap lingkungan itu bila perlu.

Sternberg
·         proses mental dalam operasi mental  terhadap representasi dari objek-objek dalam alam pikiran
·         menambah pengetahuan deklaratif dan prosedural
·         menyesuaikan diri dengan lingkungan
·         konseptual : komponen pemrosesan informasi yang digunakan
·         kreatif :
·         konseptual
10.
Inteligensi adalah  kemampuan menyesuaikan diri, pengetahuan penalaran, kemampuan berbuat secara efektif dalam menghadapi situasi baru dan kemampuan mendapatkan dan memanfaatkan informasi secara tepat.
Tyler (1956)
Wechsler (1958)
Sorenson, (1977)
·         kemampuan menyesuaikan diri
·         pengetahuan penalaran
·         kemampuan berbuat secara efektif dalam menghadapi situasi baru
·         kemampuan mendapatkan dan memanfaatkan informasi secara tepat
11.
Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Freeman
·         kemampuan berfikir secara abstrak
·         kesiapan untuk belajar dari pengalaman
·         adaptasi atau penyesuaian individu dengan lingkungan
·         kemampuan untuk belajar

12.
Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir abstrak yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol verbal, numerikal dan matematika.
Mehrens, (1973) Stoddard
·         kemampuan berpikir abstrak
·         memahami simbol verbal
·         memahami simbol  verbal
·         memahami simnol matematika

            Adapun aspek intelegensi dari pakar psikologi meliputi 1) kemampuan berfikir abstrak, 2) kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, 3) kemampuan berpikir rasional / menyelesaikan masalah, dan 4) kombinasi faktor umum dan faktor khusus.
Tabel 2. Aspek Intelegensi
No.
Indikator
Istilah
Sumber
1.
Kemampuan berfikir abstrak
·         kemampuan berpikir abstrak
·         memahami simbol verbal
·         memahami simbol  verbal
·         memahami simnol matematika
·         proses mental dlam operasi mental  terhadap representasi dari objek-objek dalam alam pikiran
·         menambah pengetahuan deklaratif dan prosedural

·         Terman
·         Freeman
·         Mehrens, (1973) Stoddard
·         Sternberg
2.
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
·         Kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan perangsang tertentu
·         berhubungan dengan lingkungan secara efektif
·         menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya masyarakat
·         kesiapan untuk belajar dari pengalaman

·         Thorndike
·         Wechsler (1958)
·         Gardner (1993)
·         Sternberg
·         Freeman
3.
Kemampuan berpikir rasional / menyelesaikan masalah
·         kemampuan bertindak dengan membaca sampai tujuan
·         berfikir secara rasional
·         kemampuan untuk menetapkan suatu tujuan
·         kemampuan mempertahankan suatu tujuan
·         mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan
·         bersikap kritis terhadap diri sendiri
·         kemampuan untuk menyelesaikan masalah
·         kemampuan berbuat secara efektif dalam menghadapi situasi baru

·         Wechsler (1958)
·         Binet
·         Gardner (1993)
·         Tyler (1956)
·         Sorenson, (1977)
4.
Kombinasi faktor umum dan faktor khusus
·         Perpaduan sejumlah faktor umum dan khusus
·         Faktor umum
·         Faktor khusus
·         kombinasi beberapa kemampuan dasar (primary abilities)
·         adanya faktor utama
·         perpaduan dari banyak faktor khusus

·         Spearman
·         Thurstone
·         Guilford

Berdasarkan klasifikasi aspek intelegensi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat empat teori yang dikaji mampu memberikan pengertian secara menyeluruh tentang konsep intelegensi. Konsep teori yang berasal dari Thurstone yang menyatakan bahwa intelegensi merupakan gabungan dari beberapa komponen diantaranya kombinasi beberapa kemampuan dasar (primary abilities), adanya faktor utama, penalaran variabel, kelancaran kata, kelancaran angka, kelancaran ruang, memori asosiatif, kecepatan perseptual, induksi atau penalaran umum. Teori dari Guilford menyatakan intelegensi terbentuk oleh komponen-komponen yang berupa perpaduan dari banyak faktor khusus, dimensi operasi / proses  yang terdiri dari kognisi, memori, berfikir divergen, berfikir konvergen dan evaluasi, dimensi isi / materi / konten yang terdiri dari  figural, semantik, simbolik, perilaku, dan dimensi hasil / produk : unit, kelas, hubungan, sistem, tranformasi, implikasi.
Hal ini diperkuat oleh gagasan dari Gardner yang menyatakan bahwa intelegensi memiliki aspek komponen berupa kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk yang berharga dalam lingkungan budaya masyarakat, lingusitik, matematik – logis, ruang, kinestetik – badani, musikal, interpersonal, intrapersonal, lingkungan / naturalis dan eksistensial. Hal yang hampir senada juga disampaikan oleh Stenberg, di mana komponen intelegensi terdiri dari proses mental dalam operasi mental  terhadap representasi dari objek-objek dalam alam pikiran, menambah pengetahuan deklaratif dan prosedural, menyesuaikan diri dengan lingkungan, konseptual : komponen pemrosesan informasi yang digunakan, kreatif dan konseptual. Komponen intelegensi yang dikemukakan Freeman terdiri atas kemampuan berfikir secara abstrak, kesiapan untuk belajar dari pengalaman, adaptasi atau penyesuaian individu dengan lingkungan. Mehrens, (1973) Stoddard mengemukakan komponen intelegensi yang berupa kemampuan berpikir abstrak, memahami simbol verbal, memahami simbol  verbal dan memahami simbol matematika. Tyler (1956), Wechsler (1958) dan Sorenson menghasilkan teori mengenai komponen intelegensi yang berupa kemampuan menyesuaikan diri, pengetahuan penalaran, kemampuan berbuat secara efektif dalam menghadapi situasi baru
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi konseptual tentang intelegensi yang  merupakan hasil dari penggabungan 10  teori yakni teori dari 15 tokoh di atas adalah “Kemampuan berfikir abstrak untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyelesaikan masalah dengan mengkombinasikan faktor umum dan faktor khusus secara tepat dan rasional”

  
      B. Emosi
Menurut Abdul ‘Aziz El-Quusi emosi adalah potensi fitri, sebagai pembawaan, dapat dikembangkan. Salah satu faktor bawaan manusia adalah naluri, yaitu kesediaan jiwa yang terangsag dalam situasi tertentu. Akibat rangsangan itu terjadilah emosi dan tindakan yang dikehendaki oleh situasi tertenttu itu. Emosi sebagai kecenderungan yang dipelajari ini memiliki keragaman : marah, gembira, sedih, cinta dan sebagainya sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
I. Crow dan A. Crow menjelaskan bahwa emosi adalah pengalaman yang efektif oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, di mana keadaan mental dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dalam tingkah laku yang jelas dan nyata.
Kaplan dan Saddock, menerangkan emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan mood. Affect merupakan ekspresi sebagai tampak oleh orang lain, dan dapat bervariasi sebagai respon terhadap perubahan emosi. Mood adalah perasaan yang meluas, meresap dan terus menerus secara subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain.
Goleman menyatakan emosi adalah perasaan dan pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, suatu rentangan dari kecenderungan untuk bertindak. The American College Dictionary, emosi adalah suatu keadaan afektif yang disadari dimana di alami perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, takut, benci dan cinta (dibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari), dan juga perasaan kesedihan, takut, benci dan cinta.
Henry L. Roediger III dan kawan-kawan mengungkapkan emosi adalah keadaan fisiologis dan kognitif yang  kompleks yang digambarkan orang secara objektif. Misalnya emosi-emosi yang positif : kegembiraan, jatuh cinta dan kegairahan seksual (birahi). Emosi-emosi yang negatif misalnya : kemarahan, takut, kesedihan dan dukacita.
Linda L. Davidoff mendefinisikan emosi adalah keadaan internal yang dicirikan oleh pemikiran khusus sensasi, reaksi-reaksi fisik, dan perilaku yang ekspresif. Keadaan ini muncul secara tiba-tiba dan tampaknya berada di luar kontrol.


Tabel 3. Rangkuman Definisi Emosi
No.
Intelegensi
Sumber
Aspek-Aspek
1.
Emosi adalah potensi fitri, sebagai pembawaan, dapat dikembangkan.
Abdul ‘Aziz El-Quusi
·         Potensi fitri
·         Pembawaan
2.
Emosi adalah pengalaman yang efektif oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, di mana keadaan mental dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dalam tingkah laku yang jelas dan nyata.
I. Crow dan A. Crow
·         Pengalaman yang efektif oleh penyesuaian batin
·         Keadaan mental dan fisiologi dalam keadaan meluap-luap diperlihatkan dalam tingkah laku yang nyata
3.
Emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan dan perilaku yang berkaitan dengan affect dan mood.
Kaplan dan Saddock
·         Perasaan yang kompleks (komponen kejiwaan, badan dan perilaku)
4.
Emosi adalah perasaan dan pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, suatu rentangan dari kecenderungan untuk bertindak
Goleman
·         Perasaan dan pikiran khas
·         Rentangan kecenderungan untuk bertindak
5.
Emosi adalah suatu keadaan afektif yang disadari dimana dialami perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, takut, benci dan cinta (dibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari), dan juga perasaan seperti kesedihan, takut, benci dan cinta.
The American College Dictionary
·         Keadaan afektif yang dialami oleh perasaan
6.
Emosi adalah keadaan fisiologis dan kognitif yang  kompleks yang digambarkan orang secara objektif
Henry L. Roediger III dan kawan-kawan
·         keadaan fisiologis dan kognitif yang  kompleks
7.
Emosi adalah keadaan internal yang dicirikan oleh pemikiran khusus sensasi, reaksi-reaksi fisik, dan perilaku yang ekspresif
Linda L. Davidoff
·         keadaan internal yang dicirikan oleh pemikiran khusus
·         sensasi, reaksi-reaksi fisik, dan perilaku yang ekspresif
Adapun aspek emosi dari para pakar psikologi diantaranya 1) perasaan, 2) pembawaan, 3) komponen kejiwaan dan perilaku.
Tabel 4. Aspek Emosi
No.
Indikator
Istilah
Sumber
1.
Perasaan
·         Perasaan yang kompleks
·         Perasaan dan pikiran khas
·         Keadaan afektif yang dialami oleh perasaan
·          Kaplan dan Saddock
·         Goleman
·         The American College Dictionary
2.
Pembawaan
·         Pembawaan / potensi fitri
·         Pengalaman yang efektif oleh penyesuaian batin
·         keadaan internal yang dicirikan oleh pemikiran khusus
·         Abdul ‘Aziz El-Quusi
·         I. Crow dan A. Crow
·         Linda L. Davidoff
3.
Komponen kejiwaan dan perilaku
·         Keadaan mental dan fisiologi dalam keadaan meluap-luap diperlihatkan dalam tingkah laku yang nyata
·         sensasi, reaksi-reaksi fisik, dan perilaku yang ekspresif

·         I. Crow dan A. Crow
·         Linda L. Davidoff

Berdasarkan rincian pada tabel rangkuman definisi emosi dan aspek emosi di atas dapat disimpulkan bahwa definisi konseptual tentang emosi  yang  merupakan hasil dari penggabungan 7 teori yakni teori dari 9 tokoh dan satu  kamus yaitu The American College Dictionary di atas adalah “keadaan mental, fisiologi dan perasaan yang kompleks perasaan yang kompleks dan mengandung komponen kejiwaan serta perilaku yang ekspresif"



C. Motivasi
Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik (1992: 173), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya, (Hamzah B. Uno, 2008:3).
Menurut Rochman Natawidjaja (1980: 79), motivasi ialah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku yang mengatur tingkahl aku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan.
Menurut Komarudin (2015:23) adalah motivasi berarti menggerakan atau mendorong untuk bergerak. Sedangkan menurut Alderman (1974) dalam Komarudin (2015:23) juga menjelaskan bahwa motivasi merupakan kecenderungan pada arah dan selektivitas dari tingkah laku yang diawasi dengan koneksinya pada konsekuensinya, kecenderungannya untuk mempertahankan tujuan hingga tercapai. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan manusia akan menimbulkan motif, dan motif menimbulkan dorongan untuk bergerak memenuhinya yang disebut motivasi. Akibatnya timbul drives (kegiatan/usaha) untuk mencapai tujuan (goal).
Schunk, Pintrich, dan Meece (2008) mengajukan definisi motivasi sebagai “proses di mana aktivitas yang terarah pada suatu tujuan tertentu didorong dan dipertahankan.” Motivasi berprestasi atau motivasi untuk berprestasi dengan demi-kian adalah motivasi yang tujuannya adalah meraih prestasi.
Definisi tersebut sejalan dengan yang diajukan Nicholl (1984) bahwa motivasi berprestasi adalah motivasi yang ditujukan untuk mengembangkan ataupun mendemonstrasikan kemampuan yang tinggi. Seseorang dikatakan berprestasi jika ia berhasil mengembangkan atau mendemonstrasikan kemampuan yang tinggi. Singkatnya, motivasi berprestasi adalah motivasi yang bertujuan untuk mengejar prestasi yaitu untuk mengembangkan ataupun mende-monstrasikan kemampuan yang tinggi
Gage dan Berliner (1984) menyatakan bahwa istilah motivasi berkaitan dengan situasi dimana seseorang menjadi tergugah (aroused) dan kemudian mengarahkan perilaku tersebut pada suatu tujuan tertentu.
Sementara Hardjana (1997) menjelaskan bahwa motivasi mendorong orang untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan, dan manfaatnya. Karena itu bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu keputusan atau tujuan.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri individu yang ditandai dengan munculnya rasa dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian ini mengandung tiga unsur penting, yaitu (McDonald, 2009):
1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu.  Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada diri individu. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi individu. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
4) Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga individu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Menurut Hamalik (dalam Djamarah, 2002) motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang dalam bentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri individu.
Tabel 5. Rangkuman Definisi Motivasi
No.
Intelegensi
Sumber
Aspek-Aspek
1.
Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
McDonald
·          Perubahan energi yang menimbulkan reaksi efektif untuk mencapai tujuan
2.
Motivasi ialah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan.

Rochman Natawidjaja
·         Menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan untuk menjadi tujuan
3.
Motivasi berarti menggerakan atau mendorong untuk bergerak.
Komarudin (2015) 
·         Menggerakkan
4.
Motivasi merupakan kecenderungan pada arah dan selektivitas dari tingkah laku yang diawasi dengan koneksinya pada konsekuensinya, kecenderungannya untuk mempertahankan tujuan hingga tercapai
Alderman (1974)
·         Arah dan selektivitas tingkah laku untuk mencapai tujuan
5.
Motivasi sebagai “proses di mana aktivitas yang terarah pada suatu tujuan tertentu didorong dan dipertahankan
Schunk, Pintrich, dan Meece (2008)
·         Aktivitas yang terarah pada suatu tujuan tertentu
6.
Motivasi adalah dorongan yang ditujukan untuk mengembangkan ataupun mendemonstrasikan kemampuan yang tinggi.
Nicholl (1984)
·         Dorongan untuk mengembangkan kemampuan tinggi

7.
Motivasi berkaitan dengan situasi dimana seseorang menjadi tergugah (aroused) dan kemudian mengarahkan perilaku tersebut pada suatu tujuan tertentu.
Gage dan Berliner (1984)
·         Situasi seseorang tergugah kemudian mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu
8.
Motivasi adalah pendorong orang untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan, dan manfaatnya.
Hardjana (1997)
·         Pendorong untuk bekerja mencapai sasaran
9.  
Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang dalam bentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik
Hamalik
·         Perubahan energi dalam diri seseorang
Adapun aspek motivasi dari para pakar psikologi diantaranya 1) perubahan untuk mencapai tujuan  dan 2) menggerakkan atau pendorong
Tabel 4. Aspek Emosi
No.
Indikator
Istilah
Sumber
1.
Perubahan untuk mencapai tujuan
·         Perubahan energi yang menimbulkan reaksi efektif
·         Menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan
·         Arah dan selektivitas tingkah laku
·         mencapai tujuan
·          McDonald
·         Alderman (1974)
·         Schunk, Pintrich, dan Meece (2008)
·         Gage dan Berliner (1984)
2.
Menggerakkan atau pendorong

·         Menggerakkan
·         Pendorong untuk bekerja mencapai sasaran
·         Dorongan untuk mengembangkan kemampuan tinggi

·         Hardjana (1997)
·         Komarudin (2015) 
·         Nicholl (1984)
Berdasarkan rincian pada tabel rangkuman definisi motivasi dan aspek motivasi  di atas dapat disimpulkan bahwa definisi konseptual tentang motivasi yang  merupakan hasil dari penggabungan 9 teori yakni teori dari 12 tokoh di atas adalah “perubahan untuk menggiatkan, menggerakkan dan mendorong motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai tujuan “



Daftar Pustaka

Jalaluddin. 2018. Psikologi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
W.S.Winkel S,J. 2014. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Sketsa
Purwanto. 2010. Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Volume 16 Nomor 4 : 477- 485
Edy Purwanto. 2014. Model Motivasi Trisula: Sintesis Baru Teori Motivasi Berprestasi.  Jurnal Psikologi Volume 41 Nomor 2 : 218 – 228
Emria Fitri, Neviyarni, Ifdil. 2016. Efektivitas Layanan Informasi dengan Menggunakan Metode Blended Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling Volume 2 Nomo 2 : 84-92

 Anak Agung Putu Chintya Putri Suardana dan Nicholas Simarmata. 2013.  Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Kecemasan pada Siswa Kelas Vi Sekolah Dasar di Denpasar Menjelang Ujian Nasional. Jurnal Psikologi Udayana Volume 1 Nomor 1 : 203 -213

Ratna Haryani dan M.M.W Tairas. 2014. Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Berprestasi dari Keluarga Tidak Mampu Secara Ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Volume 3 Nomor 01 : 30-36


Posting Komentar untuk "KONSTRUK TEORI DEFINISI GEJALA JIWA (MOTIVASI, EMOSI, DAN INTELEGENSI) "